Pendidikan Internasional ( PGSDUNUNTB )

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN 
Konseptual Pendidikan Dari Berbagai Sudut Pandang
Dr. Nurhikmah H., S.Pd, M.Si.

PENDIDIKAN INTERNASIONAL




A. Tendensi dan Latar Belakang Pendidikan Internasional

   Standar pendidikan internasional bukan sekedar pendidikan yang menggunakan bahasa internasional, bukan hanya pada 
kulitnya. Yang hanya mempromosikan penggunaan bahasa asing. Pendidikan internasional harus dimaknai dengan pendidikan yang menjadikan anak didiknya berpikir secara terbuka dan internasional, (Open dan international minded). International minded di mana di dalamnya para anak didiknya kelak akan menjadi manusia yang ‘berwarga negara 
internasional’ atau istilahnya sebagai global citizen. Jadi, pendidikan internasional bukan sekedar kulit belaka, namun lebih parah esensinya dalam pembelajaran.
 Dalam pendidikan internasional, kurikulum yang diterapkan boleh-boleh saja kurikulum nasional, tetapi di dalamnya disisipkan pendidikan untuk berinternasional. Artinya, anak didik dijejali dengan pendidikan akan hidup dalam suasana damai di dunia, dengan menjunjung tinggi nalai-nilai kemanusiaan, diberikan makna perdamaian internasional, dan arah pendidikan yang lebih baik. Bentuk pendidikan semacam ini bukan dalam tingkat pendidikan teori, namun harus diterapkan secara nyata.

B. Asumsi Pendidikan Internasional

  Ada perbedaan yang signifikan  antara wawasan orang yang maju (modern) dengan orang yang tertinggal (tradisional), terhadap beberapa hal. Mereka yang maju 
mempunyai wawasan sangat luas dan maju ke depan. Mereka dapat melihat kepentingan masyarakat, bangsa dan negara yang lebih luas untuk puluhan tahun ke depan. Sebaliknya, mereka yang tertinggal mempunyai wawasan sempit dan terbatas. Mereka hanya mampu melihat kepentingan pribadi dan kelompok dalam lingkup yang sempit untuk jangka pendek.
    Perbedaan masyarakat atau bangsa yang maju (modern) selain melaksanakan pembangunan fisik mereka membangun mental generasi muda. Untuk itu, mereka tidak ragu mngeluarkan anggaran yang lebih besar untuk pendidikan. Sebaliknya, masyarakat atau bangsa yang tertinggal 
(tradisional) hanya mengutamakan pembangunan fisik. Selain itu beberapa asumsi yang mendasari pelaksanaan pendidikan Internasional adalah sebagai berikut:
1. Hidup berdampingan secara dinamis jauh akan lebih menguntungkan dari pada bermusuhan antara bangsa dengan bangsa lain. 
2. Memahami budaya orang lain akan memperkaya budaya sendiri.

C. Pendidikan Internasional dalam Inter Cultural Education

  Konsep pendidikan Intercultural di negara-negara yang menganut konsep demokratis seperti Amerika Serikat dan Kanada, bukan hal yang baru lagi. Mereka telah melaksanakannya khususnya dalam upaya melenyapkan diskriminasi rasial antara orang kulit putih dan kulit hitam, yang bertujuan memajukan dan memelihara integritas nasional.
   Pendidikan Intrakultural (multicultural education) merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, bagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lin, pendidikan Interkultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan 
    Untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, presentasi dan perhatian terhadap orang-orang non Eropa (Hilliard, 1991-1992). Sedngkan secara luas pendidikan Intercultural itu mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnich, ras, budaya, strata sosial dan agama.
  James Banks (1994) menjelaskan bahwa pendidikan Intercultural memiliki 5 dimensi yang saling berkaitan, yaitu : content integration, The knowladge Construction Process, An Equity Paedagogy, Prejudice reduction dan Melatih kelompok untuk partisipasi dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik.
   Model pendidikan di Indonesia maupun di negara-negatra lain menunjukkan keragaman tujuan yang menerapkan strategi dan sarana yang dipakai untuk mencapainya. Sejumlah kritikus melihat bahwa revisi kurikulum sekolah yang dilakukan pada program pendidikan Intercultural di Inggris dan beberapa tempat di Australia dan Kanada, terbatas pada keragaman budaya yang ada, jadi terbatas pada dimensi kognitif.
 Pendidikan Intercultural tidak sekedar merevisi materi pembelajaran tetapi melakukan reformasi dalam sistem pembelajaran itu sendiri. Affirmative action dalam seleksi siswa sampai rekrumen pengajar di Amerika adalah salah satu strategi untuk membuat perbaikan ketimpangan struktural terhadap kelompok minoritas. 
   Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan Intercultural, yaitu :
1. Tidak lagi terbatas pada menyamakan pandangan pendidikan (edukation) dengan persekolahan (schooling) atau pendidikan Intercultural dengan program-program sekolah formal.
2. Menghindari pendangan yang menyamarkan kebudayaan-kebudayaaan dengan kelompok etnik adalah sama. 
3. Karena pengembangan kompetensi dalam suatu “kebudayaan baru” biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihatjelas bahwa upaya-paya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah ecara etnik adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan Intercultural.
4. Pendidikan Intercultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kebudyaan mana yang akan diadopsi ditentukan oleh situasi.
5. Kemungkinan bahwa pendidikan (baik dalam maupun luar sekolah) meningkatkan kesadaran tantang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. 

D. Pendidikan Internasional dan Pertukaran Siswa ( Mahasiswa )

 Program pertukaran mahasiswa (studentexchenge) merupakan salahsatu program dari pemerintahan Jepang dalam mengembangkan promosiperguruan tingginya kepada masyarakat dunia.

Pemerintahan Jepang banyak menawarkan program student exchange pada perguruan-perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
 Untuk perguruan tinggi ITB,pada khususnya banyak program yang ditawarkan yang menyangkutprogram pertukaran mahasiswa ini diantaranya adalah, Japanese Universitiy Study of Sience and Technology (JUSST), yang ditawarkan oleh The University of Electro Communications (UEC), yang setiap tahunnya sekitar 4 orang mahasiswa yang diikutsertakan dalam program ini, Young Scientist Exchange Program (YSEP) dan TATO yang ditawarkan Tokyo Institute of Technology dengan jumlah 2 orang untuk YSEP san satu orang untuk program TATO, serta program pertukaran mahasiswa yang khusus perdepartement seperti Teknik Geodesi, Teknik Kimia, Teknik Elektro danyang lainnya, yang hampir setiap tahun mengirimkan salah satumahasiswanya untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa tersebut.
Khusus untuk Tehnik Kimia ada seorang dosen yang langsung menjalink kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi di Jepang, yang salah satu bimbingannya akan dikirim selama setahun ke jepang.
     Penyeleksian nya dilakukan langsungo UEC sendiri, jadi para calon peserta hanya mengirim dokumen yang diperlukan kepada Internasional Student Office (ISO) di ITB, dan ISO yang akan mengirimke ISO-UEC. Dokumen yang paling ditekankan dan paling berpengaruh dalam penilaiannya adalah indeks Prestasi.
Sedangkan untuk program YSEP dan TATO penseleksiannya terdiri dari dua tahap penseleksian di ITB dan penseleksian dokumen di (Tokyo Institute of Tehnology) itu sendiri, dan point yang paling ditekankana adalah  di samping ideks presentasi juga ada tidaknya professor yang membimbing si calon perserta tersebut. 
   Untuk tehnik geodasi yang dikirim mahasiswa terbaiknya saja, karena ini menyangkut kerjasama antardepartement. Untuk tehnik kimia tergantung ada dosen yang mempunyai hubungan dengan perguruan tinggi yang ada di Jepang itu sendiri,sedangkan untuk tehnik elektro yang ke Nagoya University masih belum paham. 
 Waktu pengajuan menjadi calon peserta pertukaran mahasiswa antara bulan April dan Mei, untuk pengumumannya sekitar bulan Juli.
 Program JUSST, programnya terbagi menjadi dua bagian. Pertama untuk program penelitian dan yang kedua adalah program perkuliahan, bahasa pengantar adalah bahasa inggris. Sedangkan untuk program YSEP dan SATO adalah program hanya penelitian saja, begitu juga dengan program antar perdepartement programnya hanya bekerjasama penelitian saja. Khusus untuk program JUSST meskipun pada awal keberangkatannya tidak mempunyai laboratorium tapi kalau yang master atau undergraduate 4 years bisa mencari professor ketika program berlangsung.
 Untuk peserta program pertukaran mahasiswa, karena beasiswanya relatif sedikit, dan ini merupakan program pertukaran mahasiswa yang notabene bukan hanya untuk belajar bidangnya saja, tapi juga meliputi pembelajaran mengenai budaya dan yang lainnya, maka disarankan membuat  proposal pribadi sebagai pemenuhan kebutuhan anggaran pribadi
selama hidup di Jepang, terlebih terhadap orang yang hidup di daerah Tokyo, dengan beasiswa tersebut diperhitungkan tidak akan cukup untuk hidup di Tokyo, terkecuali kalau tinggal di Internasional House.

E. Pelaksanaan Pendidikan Internasional di Indonesia

  Program dasar Organisasi Internasional Baccalaureate/ IB-PYP (internasional Baccalureate-Primary Years Programme) adalah PYP-Primary Years Programme, program yang berasal dari organisasi yang non profit da bermarkas di Janewa. Ada lima belahan dunia internasional Baccalaurate menjadi anak cabang IBO (Internasioanal baccalaureate organizatio), dan Indonesia masuk belahan wilayah Asia pasifik yang bermarkas di Singapura.

Program ini sudah diimplementasikan oleh lebih dari 1500 sekolah di lebih dari 115 negara. PYP didesain untuk anak didik usia 3-12 tahun, yakni setara dengan pra-sekolah/ TK dn Tingkat dasar/ SD. Selain PYP, IBO mempunyai program MYP (Midlle years Programme) untuk para didik seusia SMP dan SMU (11-16 tahun); dan Diploma untuk usia 16-18 tahun. Diimplementasikan di sekolah-sekolah dengan seting internasional saja tetapi bisa juga diterapkan di sekolah-sekolah berseting berbeda. Profil siswa PYP adalah yang berpengetahuan (knowledgeable); punya rasa ingin tahu (inquirer) yang berani mengambil resiko (a risk-taker);yang peduli (caring) namun tetap berprinsip (principle); pemikir sejati(thinker); yang berpikir terbuka (open minded); seimbang secara fisik –mental-rohani (well-balanced); mampu berkomunikasi (communicator); jugabisa berfleksi (reflective).PYP menggunakan sistem KBK, Anak didik diajak ke dalam seting pembelajaran yang
terdesain untuk melihat kemampuan dan kompetensi siswa secara individu,karena setiap siswa adalah berbeda ( Every child in unique ).Baik dalam PYPmaupun KBK, semua proses pembelajaran wajib dimaknai. Bukan hanyamelihat pada produk atau hasil akhirnya saja, namun prosess over productpun penting untuk direfleksikan. Maka pendidikan yang membuat siswa yangmemiliki pemikiran terbuka dan internasional, harus tetap tentu diterapkanmakna ksesungguhnya pendidikan internasional.Peranan dalam pendidik di kelas adalah sebagai pembimbing.Fasilitator/ pemandu, motivator dan juga sebagai penilai kemampuan siswa.Disisi lain, peranan pendidik adalah sebagai pendesain dan pelaksanaankurikulum, dan tentu saja sebagai menejer kelas dan anak didik.
Dalam pendidikan internasional, para pendidik harus pandaimenyelipkan nilai-nilai kemanusiaan ke dalam semua mata pelajaran dandalam semua kegiatan secara berkelanjutan. Kegiatan yang dirancang
haruslah sedemikian rupa sehingga anak didik tidak hanya belajar ilmu, maupunjuga belajar nilai.
Dengan belajar sendiri (membaca maupun berdiskusi) maupunmengunjungi sekolah-sekolah yang sudah menerapkan KBK, makadiharapkan semua pendidik memiliki pemahaman serupa tentang KBK.Sehingga ‘pendidikan internasioanal’ bukan sekedar di kulit belaka, namunbisa diterapkan ke dalam semua level sekolah yang ada di seluruhnusantara.
Dalam pelaksanaannya, di Indonesia Pendidikan internasionalberupa :
1) Transfer of teknologi
2) Pertukaran pemuda dan petani ke Negara lain.
3) Penyetaraan pendidik dan peserta didik keluar negeri
4) Kerja sama Pendidikan dengan universitas di negara lain/ kerjasama kelembagaan.

F. Implikasi Masalah dalam Pendidikan Internasional


 Hampir tidak ada satu pun lembaga pendidikan kita di KalimantanSelatan yang bertaraf internasional. kendalanya yang klasik adalah keterbatasan dana, fasilitas, sumberdaya manusia dan sarana lainnyabelum siap untuk mendirikan sekolah bertaraf internasional.

  Kendala yang sesungguhnya  bukan itu Melainkan rendahnya motivasi dan wawasan sebagian pejabat, tokoh masyarakat dan pengusahakita di daerah ini yang peduli pentingnya pendidikan yang berkualitas tinggi.Sebagaian besar mereka hanya memikirkan kepentingan pribadi, keluargadan kelompok dalam lingkup sempit dan sangat terbatas.
 Sekolah dan madrasah yang bertaraf internasional dengan ciri antaralain dalam kegiatan belajar menggunakan bahasa asing. Dalam interaksipembelajaran, baik guru maupun siswa, misalnya di sekolah umummenggunakan Bahasa Inggris dan di madrasah menggunakan Bahasa arabatau kedua bahasa tersebut.
 Sesuai hasil kegiatan workshop School development And InvestmenPlan yang dilaksanakan Depdikns dan ADB di Bogor baru-baru ini (2-4/12-2004), untuk SMA yang bertaraf internasional kepala sekolahnya minimal s2, memiliki kemampuan leadership yang menyakinkan, menguasai Bahasainggris dan Komputer, berpengalaman mengajar minimal 10 tahun.Sedangkan untuk guru, tingkat pendidikannya minimal S1, bidangpendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang, menguasaiBahasa inggris –minimal nilai TOEFL 550. Guru harus mampu membaca,menulis, mendengarkan dan berbicara dalam Bahasa Inggris dengan baik.
 Penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar minimal dalamempat mata pelajaran, Fisika, Kimia, Biologi dan pelajaran Bahasa inggrissendiri.
Mengenai sarana/fasilitas, SMA level ini harus memiliki luas ruangkelas 63 meter persegi (moving clasrom), khususnya untuk mata pelajaranMatematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa Inggris, tiap tingkat memilikiminimal 1 PC/laptop, Speaker, LCd, screen project dengan buku pegangansiswa dan referensi yang lengkap, setiap siswa memiliki komputer agarmereka dapat mengakses internet /website.kualitas pendidikan yang kompetitif membutuhkan biaya tinggi.Dengan melihat faktor yang sangat potensial tersebut, sungguh ironis apabila belum ada sekolah yang bertaraf internasional didaerah ini. Kelima faktor itu sebenarnya merupakan modal untukdapat mengembangkan sekolah bertaraf internasional. 
  Sayangnya  potensi itu tidak diarahkan ke sana, atau mungkin sebagian merekamemang tidak atau belum memiliki kepedulian untuk meningkatkanmutu SDM secara signifikan dan relevan di era globalisasisekarang.
 Selain itu dengan adanya pendidikan Internasional seperti itu makaakan timbul hal-hal sebagai berikut:
1) Biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanakan Transfer OfTeknology
2) Penguasaan bahasa negara setempat
3) Lamanya masa studi dan perbedaan program pendidikan
4) Tenaga akademik berkualitas seperti yang diharapkan
5) Sasaran dan kerja sama yang signifikan/ relevan.

G. Solusi terhadap Permasalahan Pendidikan Internasional


 Alternatif untuk mengembangkan sekolah kita menjadi

bertaraf internasional, yaitu ;
1). Melalui APBN/APBD, dengan meningkatkananggaran 20 persen atau lebih tiap tahun dan dalam waktu dua atau tigatahun, level sekolah dapat ditingkatkan.
2). Adanya kerjasama di antarapejabat, pengusaha dan tokoh masyarakat sebagai donatur untukpembiayaannya.
3). Menjalin kerjasama dengan yayasan atau pengelolaan di luar negeri yang peduli pendidikan tetapi tidak mengikat.
 Pejabat, pengusaha, pakar dan tokoh masyarakat di daerah yang peduli pentingnya pendidikan bermutu tinggi, diharapkan dapat membuka mata terhadap kenyataan dan perkembangan yang terjadi. Generasi muda di  Kalimantan Selatan khususnya pelajar dan mahasiswa tidak perlu putus asa. Palingsedikit ada secercah asa (harapan) untuk dapat meningkatkan kualitaspembelajaran dan bersaing secara global.
1). Adanya wacana dansedikit komitmen dari pemerintah untuk meningkatkan anggaran pendidikanminimal 20 %.
2). Adanya rencana penerapan pembelajaran  dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di semua jenisdan jenjang pendidikan.
3). adanya rencanapengembangan empat SMA di Kalsel untuk memiliki kelas bertarafinternasional, yaitu dua SMA di Banjarmasin dan masing-masing satu SMA
di Banjarbaru dan Kabupaten banjar. Kendati masih pada tingkat persiapanatau usulan dan keterbatasan sumberdaya yang ada untuk tahun 2005/2006,paling tidak ini merupakan peluang emas bagi sebagian kecil peserta didikdidaerah ini untuk berkompetisi mendapatkan kesempatan itu.Dengan mengembangkan SMA/MA yang sudah ada menjadi sekolahbertaraf internasional, barangkali lebih efektif dari pada mengirim anak-anakkita sekolah di luar negeri.
 Hal  yang perlu diperhatikan dalam pendidikan internasional utamanya dalam transfer of Teknology, yaitu:
1. Tidak menjadikan satu bangsa terus menerus bergantung pada bangsa yang lain.
2. Sesuai dengan budaya sendiri/tidak bertentangan dengan budaya sendiri.
3. Tidak bertentangan dengan nilai sosial, mencegah teknologiy bertentangan dengan nilai-nilai kita/agama yang kita anut.
4. Tidak membuat golongan elit menjadi penguasa bagi golongan bawah.
5. Pendidikan bangsa yang memadai bagi yang mau mengikuti pendidikan di negar-negara tertentu.
6. Biaya hidup dan tunjangan pendidikan yang cukup bagi peserta pendidikan lanjutan.
7. Pendidikan yang disediakan bagi tenaga akademik dalam kerjasama kelembagaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orientasi Pengembangan Pelaksanaan Supervisi ( PGSD UNU NTB )

Membangun Sinergi, Menuju Kejayaan PMII Komisariat UNU NTB