Sekolah Menengah Komprehensif (PGSD UNU NTB )

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN 
Konseptual Pendidikan Dari Berbagai Sudut Pandang
Dr. Nurhikmah H., S.Pd, M.Si.

SEKOLAH MENENGAH KOMPREHENSIF



A. Tendensi dan Asumsi Pelaksanaan  Sekolah Menengah Komfrehensif
   Menurut Martoenoes Arifin terdapat beberapa asumsi yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1). Pendidikan harus dapat mencerdaskan semua rakyat.
2). Tidak semua orang yang berbakat tau berminat untuk masuk SMK dan sebaliknya.
3). Demokratisasi pendidikan total memberi tempat pada General Education dan Vocational Education.
   Selain itu ada beberapa tendensi yang berkaitan dengan pelaksanaan sekolah menengah, yaitu :
1). Sekolah Menengah Pertama
a. SMP harus mengalami perubahan revolusioner pada jenis, sifat, dan lama pendidikannya supaya disesuaikan dengan 
kebutuhan kebutuhan Pendidikan Nasional.
b. SMP yang disebut juga sekolah pemuda hendaknya memuat 4 tahun pelajaran.
c. Pelajarannya bersifat pembentukan umum menurut prinsip-prinsip Pendidikan Nasional. Disamping pelajaran umum, hendaknya SMP mempunyai diferensiasi.
d. Sesuai dengan perkembangan itu, maka pendidikan di SMP sudah dapat mempunyai bagian bagian. Misalnya : kelompok dasar,  kesenian,  perdagangan,  administrasi, keterampilan ( ketangkasan ).
e. Pada akhir SMP murid tidak hanya mempunyai ijazah, melainkan juga sudah memiliki kecakapan jurusan sederhana. Jadi jika murid tidak meneruskan sekolah, dia sudah dapat bekerja.
2). Sekolah Menengah Atas
a. Sekolah menengah sebagai General Education berbeda dan terpisah dari sekolah menengah sebagai Vocational Education.
b. Sekolah menengah ( General Education ) mulai dari tingkat SMP sampai tingkat SMU yang masa belajarnya 3 tahun tambah 3 tahun seperti biasanya atau 4 tahun ditambah 2 tahun.
c. Kurikulum sekolah menengah tersebut selain memberikan hal hal yang praktis sebagai bekal kemasyarakat juga terdapat program terminal baik merupakan suatu paket keterampilan yang dapat dipilih siswa yang tak berminat ke perguruan tinggi.
d. Kurikulum yang bersifat akademik selain basis bagi pendidikan tinggi juga merupakan program yang memperluas sistem intelektual siswa.

B. Konsep Sekolah Menengah Komprehensif
 Secara definisi pendidikan kejuruan diartikan sebagai pendidikan yang dikaitkan untuk pekerjaan tertentu, baik ketika yang bersangkutan belum dapat mengerjakan atau meningkatkan mutu pekerjaan yang selama itu sudah dikerjakan. Dalam bahasa yang lebih komprehensif dikatakan pendidikan kejuruan bertujuan untuk mempersiapkan siswa dalam memasuki bidang pekerjaan tertentu ( Evan,1974 ). Definisi yang kurang lebih sama juga disebutkan pada PP No. 29 
Tahun 1990 dan dokumen baku Dit. Dikmenjur dengan judul " Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui SMK ( 1998 ) " .
   Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian seperti itu diikuti di Indonesia. Kedepan pendidikan apapun jenisnya, termasuk SMK ditantang untuk mampu bersaing dengan lembaga lainnya. Pendidikan tidak lagi dipahami sebagai kegiatan sosial ( public service ) semata, tetapi dipahami sebagai 
bentuk layanan jasa, sebagaimana restoran, telekomunikasi, jasa konsultan.
Selain itu kedepan pendidikan juga akan menjadi salah satu bentuk “ industri ”. Maraknya iklan sekolah, perguruan tinggi, kursus ( pelatihan ) merupakan indikator pergeseran pemahaman terhadap pendidikan. Pada saat era keterbukaan nanti, lembaga pendidikan asing akan masuk ke Indonesia dalam berbagai bentuk. Dengan penduduk 210 juta Indonesia dianggap merupakan pasar yang sangat potensial untuk berbagai produk, termasuk pendidikan.
   Ada beberapa konsepsi pelaksanaan sekolah menengah di Indonesia menurut Martoenoes Arifin , diantaranya:
1). Sekolah menengah khususnya ( SMU, SMP ) harus dipandang sebagai pertumbuhan dari bawah dan pertumbuhan dari atas artinya sebagai lanjutan dari SD dan persiapan ke perguruan tinggi.
2). SMK sebagai pertumbuhan dari atas harus mampu mempersiapkan peserta didik ke masyarakat ( lapangan kerja ) dan sebagai pertumbuhan dari atas SMU harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
3). Sesuai dengan konsep pertumbuhan dari bawah dan dari atas maka kurikulum harus berisikan hal-hal yang praktis dan hal-hal yang bersifat akademik.
4). Pembagian sekolah menengah 3 tahun ( SMP ) ditambah 3 tahun ( SMU ) perlu dikelola lebih lanjut, sehingga diperoleh suatu pembelajaran sekolah menengah yang kuat.
5). Realiasasi sekolah menengah yang progresif di berbagai negara tertentu selalu sama sesuai dengan berbagai kepentingan.
    Sekolah menengah komprehensif sebagai sekolah menengah yang menawarkah kurikulum sekolah umum, sekolah teknik dan sekolah umum, sekolah teknik dan sekolah modern atau disebut juga sekolah yang memberikan kombinasi diantara kurikulum tersebut.
    Di sekolah ini murid ditempatkan pada aliran yang berbeda sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka. Sekolah komperensif mirip dengan sekolah di Amerika yang menggunakan sistem pengelompokan atau disebut dengan sistem pelacakan ( tracking ).
    Tujuan dari sekolah komprensif adalah demoktratisasi pendidikan dan melayani minat dan kebutuhan siswa, selain itu sekolah ini juga bertujuan untuk memberikan kesempatan pendidikan bagi semua anak, bukan untu membagi mereka menjadi kelompok yang berbeda.

C. Pelaksanaan Sekolah Menengah Komprehensif di Indonesia

    Pada masa awal kemerdekaan SMK merupakan sekolah favorit, kini praktis SMK menjadi sekolah kelas dua. Asumsi bahwa lulusan SLTP yang ingin segera bekerja akan masuk ke SMK dan yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi masuk ke SMU, tidak terwujud. Data menunjukkan sekitar 60 % lulusan SMU tidak melanjutkan dan yang mengejutkan mereka sengaja memilih SMU walaupun setelah lulus akan mencari pekerjaan. Artinya lulusan SLTP belum menganggap bahwa untuk persiapan memasuki dunia kerja, SMK lebih cocok dibanding SMU.
  Selain itu implementasi Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di Indonesia, yaitu:
1). SLTP dilihat dari materi pelajarannya, pendidikan disini dapat dikategorikan kedalam tahap persiapan kejuruan. Pendidikan tersebut hanya merupakan dasar untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pendidikan dan pelatihan pekerja terampil, kalau itu sudah ada di Indonesia. Anggapan yang kurang tepat sudah terlanjur menyebar di masyarakat yang mengelompokkan lulusan sekolah tersebut kedalam pekerja semiterampil. Selain itu mereka sebenarnya baru tergolong pada remaja stadium awal yang masih dalam masa transisi dari dunia anak-anak ke dunia remaja. Maka dari itu, sesuai dengan bakat dan minat masing masing, mereka sebaiknya disalurkan ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti pendidikan kejuruan tingkat pertama yang berorientasi pada praktik untuk kemudian menjadi pekerja terampil.
2). SLTA memiliki siswa sekitar 4 juta, 1,3 juta diantaranya berada di jalur kejuruan. Dengan kata lain, hanya 60% siswa SLTP yang melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTA. Di seluruh Indonesia tercatat sekitar 430.000 siswa STM. Lulusan STM dianggap baik oleh masyarakat maupun oleh dunia usaha, sebagai pekerja terampil. Anggapan ini pun kurang tepat sebab kurikulum STM 
terlalu berorientasi pada teori dan sangat sedikit praktek. Lulusan STM belum memiliki keterampilan yang memadai sehingga mereka masih harus melanjutkan pendidikan dan pelatihan yang lebih menitik beratkan pada praktek .

D. Pendidikan Komprehensif dengan Inovasi Pembelajaran
  Pendidikan Komprehensif adalah pembelajaran yang berkelanjutan mulai dari PAUD - SD - SMP - SMA - PT. Pembelajaran yang meliputi banyak hal yaitu Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti, Akhlak, Karakter, Kreativitas, Inovatif. 
        Istilah komprehensif yang digunakan dalam pendidikan karakter mencakup berbagai aspek, yaitu :
1). Isinya harus komprehensif, meliputi suatu permasalahan yang berkaitan dengan pilihan nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai kepada pertanyaan pertanyaan mengenai etika secara umum.
2). Metodenya harus komprehensif yang meliputi penanaman nilai, pemberian teladan kepada peserta didik.
3). Pendidikan karakter hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses pendidikan di kelas, dalam kegiatan ekstrakulikuler, dalam proses bimbingan dan penyuluhan. 
4). Pendidikan karakter hendaknya terjadi 
melalui kehidupan dalam masyarakat, karena peran serta masyarakat atau lingkungan dapat mempengaruhi karakter peserta didik ( generasi muda ).
     Memadukan antara Pendidikan Karakter dan Pendidikan Akademik sangat diperlukan dalam pembelajaran yang berkelanjutan. Keduanya dibutuhkan peserta didik dalam proses pembelajaran supaya diperoleh kesempurnaan dalam pembelajarannya. Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu pada kepentingan siswa.
     Inovasi pembelajaran di PAUD atau SD harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang masih dalam tahap bermain dan penanaman fundamen, mengenai kebutuhan mereka dalam pendidikan karakter, penanaman budi pekerti, akhlak, serta sopan santun.
     Pada usia sekolah dasar, peserta didik belum bisa membedakan antara benar dan salah, maka dari itu perlu ada bimbingan dari guru untuk menanamkan nilai fundamen dasar kepada peserta didik supaya lebih terarahkan kepada nilai moral yang baik pendidikan karakter pemberian teladan merupakan metode yang bisa digunakan.
Jika pendidikan akademik diutamakan pada pembelajaran di PAUD atau SD kurang sesuai, karena pada usia sekolah dasar peserta didik akan lebih membutuhkan pendidikan karakter yang diajarkan gurunya.
     Pada Pembelajaran Tingkat SMP dan SMU siswa lebih kepada semboyan ki Hajar Dewantara tut wuri handayani ( dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan ). Pendidik hanya mengarahkan peserta didik dalam inovasi pembelajarannya menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan budi pekerti atau Akhlak dan karakter peserta didik. Terjadi keseimbangan dalam pembelajaran tingkat SMP dan SMA. Peserta didik membutuhkan pembelajaran Pendidikan Akademik tetapi 
tidak meninggalkan pada Pendidikan Karakter itu sendiri. Dalam hal ini guru dapat mengajarkan kepada siswa pembelajaran Komprehensif yaitu mengenai pengembangan keterampilan hidup.
      Pada pembelajaran yang dilakukan sejak PAUD - SD - SMP - SMA - PT inovasi pembelajaran akan mengalami integrasi peningkatan sesuai dengan perkembangan usia peserta didik.
Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka peserta didik akan mengalami pembiasaan terhadap gaya lingkungan belajarnya. Serta apa yang harus dikuasai dalam pembelajarannya. Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin banyak pengalaman mengenai karakter yang ada dalam kehidupan sehari-hari. 
   Pada jenjang Perguruan Tinggi mahasiswa sudah bisa mengenali jati diri meraka sendiri. Tidak ada materi yang diajarkan pendidik ( dosen ) mengenai pendidikan karakter. Inovasi Pembelajaran lebih diutamakan kepada penguasaan materi melalui pendidikan Akademik yang diterima pada perkuliahan.

E. Implikasi Masalah Pendidikan Sekolah menengah Komprehensif

1). Masalah penempatan guru, khususnya penempatan guru bidang studi sering mengalami kepincangan tidak disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Solusinya adalah kurikulum harus melakukan tindakan ansipasi terhadap pemberian bekal bagi calon luaran sesuai dengan ketentuan zaman.
2). Terbatasnya sarana dan prasarana belajar di sekolah seperti buku pelajaran, atalat laboratorium ( alat praktek ). Solusinya yaitu perlu terus diupayakan pemenuhan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai sebagaimana diisyaratkan dalam standar pelayanan minimal ( SDM ) Kep Men Diknas No. 053/U/2001.
3). Kualitas pembelajaran masih rendah, karena guru masih mendominasi proses pembelajaran, sedang siswa masih pasif. Solusinya adalah diharapkan guru mau melaksanakan fungsinya sebagai agen perubahan bagi perkembangan siswanya sekaligus sebagai pembimbingnya.
4). Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru, pengembangan materi pelajaran tidak kontekstual dan kinerja siswa rendah baik pada proses maupun produk belajarnya. Keadaan tersebut potensial menimbulkan kejenuhan, kebosanan serta menurunkan minat dan motivasi belajar siswa. Hal ini menyebabkan siswa tidak memiliki pengalaman belajar dan proses pembelajaran menjadi tidak bermakna. Jadi diharapkan guru mampu memainkan peran sebagai inovator pembelajaran.

F. Solusi Permasalahan Pendidikan Sekolah Mengah Komprehensif

     Menurut Martoenoes Arifin ada beberapa solusi permasalahan pendidikan sekolah menengah, diantaranya:
1). Keterampilan terminal II dapat merupakan lanjutan keterampilan terminal I meskipun tanpa mengikuti atau lolos program akademis dan program praktis.
2). Seorang siswa dapat mengambil lebih dari satu jenis program terminal pada waktu yang bersamaan dan waktu yang berbeda.
3). Siswa sekolah menengah dapat terdiri dari SMU penuh dan siswa program terminal.
4). Sekolah menengah terbuka dengan menggunakan jasa teknologi pendidikan.
5). Pembahasan RT dan SPP atau kerenggangan beban SPP sekolah menengah dengan keluarga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orientasi Pengembangan Pelaksanaan Supervisi ( PGSD UNU NTB )

Membangun Sinergi, Menuju Kejayaan PMII Komisariat UNU NTB